Kamis, 23 November 2017

Kriteria Pelamar yang Paling Banyak Dicari Oleh Perusahaan Besar

Kriteria Pelamar yang Paling Banyak Dicari Oleh Perusahaan Besar – Mencari pekerjaan memang gampang-gampang susah, kadang kita merasa memenuhi persyaratan dari sebuah perusahaan, tapi kok enggak diterima juga ketika melamar. Asal kamu tahu, persyaratan yang tertulis itu hanyalah segelintir syarat yang diinginkan perusahaan, ada syarat lain yang lebih diinginkan perusahaan, dan itu kadang tidak diungkapkan.

Syarat pendidikan, tinggi badan, jenis kelamin, pengalaman, domisili, dll, itu hanya syarat umum saja. Lebih banyak, hanya digunakan ketika seleksi administrasi. Setelah itu, perusahaan memiliki kriteria-kriteria khusus yang tidak pernah diungkapkan dengan kata-kata. Dalam tahap ini, hanya bermodal ijazah, skill, dan rupa saja tidak cukup.

Yap, dalam proses rekruitmen di tahap lebih lanjut, perusahaan-perusahaan besar lebih fokus pada sifat atau karakter dari setiap pelamar. Di sinilah yang cukup sulit untuk dilalui bagi pelamar karena secara tidak sadar sifat atau karakter kita digali oleh pewawancara.

Lalu, ketika kita tidak diterima apakah itu tanda bahwa sifat dan karakter kita buruk? Tidak juga, ini bisa saja kriteria karakter yang dicari perusahaan tidak ada pada dirimu, bukan berarti kamu buruk, hanya tidak cocok saja.

Nah, penasaran kriteria seperti apa sih yang paling banyak dicari oleh perusahaan-perusahaan besar itu? Berdasarkan pengalaman serta info dari beberapa web, berikut kriteria pelamar yang paling dicari oleh perusahaan besar:

Sebelumnya, baca juga: Tempat kerja online terpercaya di Indonesia.

Kriteria Pelamar yang Paling Banyak Dicari Oleh Perusahaan Besar

*PERHATIAN: Isi artikel ini dibuat berdasarkan pengalaman penulis dan info dari beberapa web. Jika kamu merasa terpojokkan dengan isi artikel, mohon berhenti membaca dan segera tinggalkan halaman ini.

Pribadi Yang Jujur
Orang yang jujur adalah orang yang bisa diterima dimanapun. Begitu juga di perusahaan-perusahaan besar yang lebih mengutamakan pribadi jujur daripada pribadi dengan kriteria lainnya. Hal ini wajar, coba saja bayangkan ketika kamu adalah pemilik toko dan ingin mencari karyawan, pilih pribadi jujur dengan kemampuan rata-rata atau pribadi tidak jujur dengan kemampuan jauh di atas rata-rata? Saya kira semuanya akan memilih pilihan pertama.

Kemampuan itu bisa diasah dengan pengalaman, sedangkan kejujuran itu sudah melekat di pribadi masing-masing, jadi sedikit sulit untuk diubah. Lalu, bagaimana perusahaan bisa membedakan mana pelamar yang jujur dan mana yang tidak? Well, ini dilakukan oleh perusahaan melalui tes psikologi dan beberapa dengan cara wawancara.

Pernah kamu menemui tes dengan pertanyaan yang diulang-ulang namun dengan gaya bahasa yang berbeda? Nah itulah tesnya, jika kamu jujur maka pertanyaan dengan gaya bahasa apapun jawabannya pasti sama, beda jika jawaban hanya dibuat-buat tidak sesuai sesungguhnya. Hanya dengan gaya bahasa yang berbeda, mungkin kamu sudah memberikan jawaban yang berbeda pula.

Profesional dan Aktif
Yang dimaksud profesional di sini adalah sikap bahwa “kamu itu sudah dewasa, berada di dunia kerja, kamu memiliki tanggungjawab yang harus diselesaikan”. Di sini, sikap manja dan mau seenaknya sendiri sangat haram. Perlu kamu pahami, dunia kerja itu berat tidak seperti masa sekolah terlebih masa kuliah yang seolah-olah ringan bebannya. Di dunia kerja, kamu akan di tekan oleh waktu, di tekan oleh lingkungan yang perlu diadaptasi, dan beban batin yang amat berat. Sekali perusahaan mendeteksi bahwa kamu hanya main-main, melayanglah sudah kesempatan untuk diterima.
Advertisement

Sedangkan untuk aktif, perusahaan menginginkan pribadi pelamar yang suka beraktifitas, suka memanfaatkan waktu dengan melakukan sesuatu yang bermanfaat. Sifat semacam ini bermanfaat untuk perusahaan guna menunjang kinerja dari pegawai itu sendiri. Apalagi jika jobdesnya adalah pekerja lapangan, yang lebih banyak bergerak.

Untuk mengetahui mana pelamar yang aktif dan mana yang tidak, biasanya perusahaan melihat dari kegiatan-kegiatan semasa kuliah, organisasi apa saja yang pernah diikuti, apa yang dilakukan sewaktu masa libur, apa hobinya dan lain sebagainya.

Memiliki Kepercayaan Diri Yang Tinggi
Di dunia kerja, tidak selamanya berada di depan komputer, adakalanya pegawai lebih disibukkan dengan harus berkonsolidasi dengan bagian lain atau di dalam bagian dengan tatap muka secara langsung. Dengan kata lain, melakukan rapat atau briefing dimana semua orang lebih banyak berbicara dan saling menuangkan materi rapat/briefing.

Pernahkah kamu menemui orang yang sebenarnya pintar namun tak bisa mengungkapkan idenya dengan baik, yang malah akan terdengar aneh? Yap, dalam bertukar ide ketika rapat dan briefing pun hal demikian bisa terjadi kepada orang yang sebenarnya itu pintar, namun karena tidak memiliki kepercayaan diri sehingga idenya terabaikan.

Selain itu, pribadi yang memiliki kepercayaan diri juga menimbulkan kesan kalem dan berwibawa, hal seperti ini cukup berpengaruh dalam mengordinir orang, bekerjasama, dan dalam bernegosiasi. Jadi tidak heran jika kriteri kepercayaan diri seorang pelamar akan sangat dipertimbangkan oleh perusahaan.

Memiliki Rasa Ingin Tahu Yang Besar
Saya percaya, orang menjadi berkemampuan tinggi itu ada banyak penyebabnya, diantaranya adalah karena memang pintar, suka belajar, dilatih secara insentif, dan salah satunya adalah karena memiliki rasa ingin tahu yang besar. Dan menurut saya, orang yang memiliki rasa ingin tahu yang besar lah yang paling berpotensi menjadi pribadi berkemampuan tinggi, kenapa?

Well, pribadi berkeingintahuan tinggi akan melakukan segalanya, suka belajar pasti, melatih secara insentif pasti, rajin pasti, yang pada akhirnya pasti juga akan pintar. Pribadi seperti inilah yang selalu diinginkan oleh semua perusahaan, karena pekerjaan itu selalu memerlukan solusi yang perlu diselesaikan oleh orang-orang yang ingin menyelesaikan.

Memiliki Kecerdasan Emosional Yang Tinggi
Tapi yang pelu kamu ingat, kecerdasan dalam bekerja, skill tinggi, dan semua kriteria yang saya sebutkan di atas akan menjadi pincang jika tidak kalian lengkapi dengan kriteria satu ini, kecerdasan emosional! Yang dimaksud kecerdasan emosional di sini adalah kecerdasaan dalam mengontrol emosi, menghadapi rasa kekecewaan, kekalahan, dan lain sebagainya.

Karena dalam dunia kerja itu keras, maka kamu perlu kontrol diri yang baik. Coba kamu bayangkan, jika dalam satu tim terdapat orang yang mudah emosi, dikit-dikit kecewa atau galau, apakah kamu nyaman? Saya kira tidak, inilah yang diinginkan perusahaan yaitu pribadi yang tidak mengganggu kenyamanan orang lain dalam bekerja.

Selanjutnya: Jobstreet, situs pencari kerja online terbaik di Indonesia.
-----
Oke ya, itulah beberapa kriteria pelamar yang paling banyak dicari oleh perusahaan besar. Semoga apa yang saya jelaskan di atas bermanfaat dan membantu kamu mendapatkan pekerjaan impian. Jangan lupa untuk share artikel ini juga ya, thanks dan salam sukses.

Minggu, 19 November 2017

Cara Mengatasi Konflik Dalam Organisasi, Khususnya Bisnis

Cara Mengatasi Konflik Dalam Organisasi, Khususnya Bisnis – Di dalam organisasi apapun, baik itu organisasi kemasyarakatan, bisnis, dan sebagainya, pasti ada kalanya terjadi konflik. Hal ini wajar terjadi, selama organisasi itu memiliki struktur yang bertingkat (ada beberapa divisi), maka konflik sangat rentan terjadi.

Dengan adanya konflik organisasi, menurut pengamatan saya ada dua jenis dampaknya, yaitu dampak positif, ini terjadi jika dalam organisasi di isi oleh orang-orang yang mampu memelihara kedewasaannya. Yang kedua adalah sebaliknya, konflik akan berdampak negatif jika organisasi berisi orang-orang yang egois dan kurang mampu mengontrol kedewasaan.

Apa maksudnya kedewasaan? Di sini yang dimaksud kedewasaan adalah cara berpikir dan motif dari seseorang. Jika seseorang menyebabkan konflik karena atas dasar kepentingan perusahaan, maka itu dapat dikatakan cukup bisa memelihara kedewasaan, karena konflik seperti ini pasti mudah diselesaikan.

Sebaliknya jika konflik terjadi karena atas dasar keinginan pribadi yang tidak kesampaian, atau malah mudah emosi karena terlalu gengsi dan harga diri. Ini bisa dikatakan konflik yang tidak baik karena akan berdampak di luar pekerjaan juga, dan akan terbawa suasana ketika harus saling bekerjasama. Yang pada akhirnya konflik akan sulit diatasi.

Tapi positif negatifnya konflik yang terjadi, pasti ada solusinya untuk meminimalisirkan konflik. Yang jelas, fokus saja pada konflik negatif karena konflik positif malah bisa bermanfaat bagi perusahaan untuk saling mengoreksi dan mengevaluasi.

Nah, jika sekarang dalam organisasi atapun perusahaan kalian sedang terjadi konflik, atau untuk mengantisipasi terjadinya konflik, kalian bisa mencoba beberapa tips yang akan saya share di bawah ini. Berikut ulasannya:

Sebelumnya, baca juga: Cara menjadi pemimpin yang baik.

Cara Mengatasi Konflik Dalam Organisasi, Khususnya Bisnis
Jadilah Pemimpin Yang Baik
Jika saat ini kalian adalah seorang pimpinan, jika kalian ingin mengatasi konflik yang terjadi maka langkah pertama yang harus kamu lakukan adalah dengan menjadi pemimpin yang baik terlebih dahulu. Kenapa? Alasan pertama adalah, bagaimana kamu akan menyelesaikan masalah jika tidak menjadi pemimpin yang baik. Kedua, konflik lebih sering terjadi karena pemimpin yang buruk.

Kenapa menyelesaikan konflik harus menjadi pemimpin yang baik terlebih dahulu? Ini karena konflik dalam organisasi harus diselesaikan dengan adil, bisa dengan cara mediasi antar pihak atau cara lainnya. Dan pemimpin yang baik wajib melakukan ini, bayangkan saja jika pemimpin tidak bisa memediasi konflik, jelas konflik itu sendiri akan semakin parah.

Benarkah konflik sering disebabkan oleh pemimpin yang buruk? Dari pengamatan saya, iya. Sebagai contoh, pemimpin yang buruk akan memperlakukan bawahan tidak baik, dan itu bisa menyakiti hati bawahan. Hal ini tentu akan berpengaruh pada mental bawahan hingga bawahan tersebut bisa berkinerja dan bekerjasama dengan tidak baik pula.
Advertisement

Lebih parah lagi, jika pemimpin divisi A memperlakukan tidak baik bawahan divisi B, dan bawahan tersebut mengadu pada pimpinan B, kemudian pemimpin B balas dendam pada bawahan divisi A, ujung-ujungnya hanya akan memperpanjang konflik yang terjadi.

Membuat Peraturan Yang Masuk Akal, Alasan Jelas
Pada kenyataannya, peraturan yang dibuat dengan tujuan mengatur tiap individu di dalam organisasi, justru malah bisa menyebabkan konflik. Hal ini terjadi karena peraturan yang dibuat tidak tepat, dan para bawahan menganggapnya tidak masuk akal. Setidaknya, hal ini akan menciptakan konflik dalam diri para bawahan.

Untuk baiknya, sebisa mungkin hindari peraturan yang terlalu dipaksakan, misalnya demi memperoleh omzet yang besar, karyawan di larang cuti di hari-hari tertentu, penambahan jam kerja tanpa ada kompensasi. Di tambah lagi, jangan biarkan ada divisi yang membuat peraturan karena ingin balas dendam.

Ya, kadang ada lho divisi yang membuat peraturan atas dasar keinginan untuk balas dendam. Misalnya, divisi SDM memiliki peraturan siapa yang telat berangkat kerja maka harus bersih-bersih kantor (ini sebenarnya peraturan yang baik), kemudian pemimpin divisi keuangan terlambat dan di hukum. Karena tidak terima, pemimpin keuangan tersebut lalu membuat peraturan siapa yang telat melaporkan anggaran harus di hukum angkat berkas keuangan.

Sebenarnya pembuatan peraturan oleh pemimpin keuangan itu baik, tapi motifnya yang tidak baik, dan peraturan seperti ini hanya akan tidak adil pelaksanaannya karena yang diincar hanya divisi SDM saja. Lebih parah lagi jika divisi SDM merasa bahwa divisi keuangan ingin balas dendam seperti itu, pasti konflik akan tercipta.

Ketahui Fungsi dan Peranan Masing-masing
Setiap individu pada divisi masing-masing tentu memiliki fungsi dan peranannya di dalam organisasi. Jika tidak ada pemahaman akan fungsi dan peran ini, bisa jadi beberapa individu dapat menyebabkan konflik. Sebagai contoh, individu dalam divisi A yang terlalu ikut campur pada divisi B, atau sebaliknya. Hal ini akan memicu konflik yang berkepanjangan seperti contoh di atas. Kamu sebagai pemimpin wajib membatasi dengan tegas fungsi dan peran per divisi ini.

Contoh lain, jika antar divisi yang niatnya minta tolong tapi dengan cara seperti memberi perintah, jelas yang seperti ini akan menjadi api di dalam organisasi. Coba bayangkan kamu dimintai tolong tapi dengan cara seperti memberi perintah oleh divisi lain? Apalagi dengan nada dan cara bicara yang tidak mengenakkan.

Kebersamaan Adalah Intinya
Pada dasarnya konflik itu sangat rentan terjadi, bahkan dapat dipicu oleh alasan-alasan yang sepele serta tak terduga. Oleh karena itu, sering-seringlah membuat acara atau kegiatan bersama. Hal ini dapat mencairkan suasana dan mengakrabkan antar divisi. Orang yang sudah saling akrab, akan lebih sulit untuk saling berkonflik. Jikapun terjadi konflik, maka konflik itu bisa diselesaikan dengan mudah.

Selanjutnya: 5 kesalahan persepsi bisnis yang perlu dibenahi.
-----
Oke ya, itulah beberapa cara mengatasi konflik dalam organisasi khususnya bisnis. Semoga cara-cara sederhana di atas bermanfaat dan mampu meredamkan konflik yang terjadi. Jangan lupa untuk share artikel ini juga ya, thanks dan salam sukses.

Kamis, 09 November 2017

Pentingnya Memberi Waktu Istirahat Yang Cukup Untuk Karyawan Kamu

Pentingnya Memberi Waktu Istirahat Yang Cukup Untuk Karyawan Kamu – Ada kata bijak yang mengatakan bahwa “tak capek pun perlu istirahat”, kata tersebut memang sangat benar adanya. Sebagai manusia normal, wajar jika rasa capek itu muncul, terlebih lagi jika capek tersebut muncul karena bekerja yang memiliki tanggungjawab tersendiri, maka istirahatlah yang cukup.

Memaksakan tenaga untuk bekerja, lebih sering tidak menghasilkan efek yang baik. Bahkan, justru tidak hanya berdampak pada kualitas kerja, namun juga berdampak pada kondisi fisik serta mental seseorang. Bagi kalian yang merupakan karyawan atau karyawati, mengatur waktu istirahat memang perlu melihat-lihat kebijakan dari perusahaan, saya yakin kadang kala kalian pasti terpaksa memaksakan tenaga untuk bekerja, benar tidak?

Beda lagi jika posisi kalian saat ini adalah pembuat kebijakan, maka jangan asal membuat peraturan terkait istirahat karyawan, termasuk cuti, izin, dan sebagainya. Bisa jadi peraturan yang kamu buat bagus untuk kamu, tapi belum tentu untuk karyawan karyawati dari perusahaan yang kamu pimpin.
Istirahat yang tidak cukup setidaknya akan mempengaruhi dua hal, yaitu kualitas kerja dan dampak fisik serta mental dari karyawan/i.

Baca juga: Bagaimana caranya menjadi pemimpin yang baik.

Pentingnya Memberi Waktu Istirahat Yang Cukup Untuk Karyawan Kamu

Dampak Istirahat yang Tidak Cukup
Dari segi kualitas kerja, bisa kalian bayangkan sendiri ketika seseorang bekerja dengan kondisi kecapean, penuh tekanan, atau bahkan dalam kondisi mengantuk, tentu saja hasil pekerjaan sangat rentan akan kesalahan-kesalahan. Dan yang perlu diperhatikan pula adalah batasan setiap orang yang berbeda-beda di mana setiap kecapean dan tekanan tersebut akan mempengaruhi seseorang dengan berbeda pula.

Sedangkan dari sisi fisik dan mental, tentu kecapean kerja dapat membuat sakit seseorang yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi kualitas kerja. Dan yang sangat berbahaya adalah jika mental seseorang sudah memburuk karena bekerja terlalu capek. Penyakit mental condong dimulai dari batin, misalnya batin-batin negatif seperti “duh, kok kerjaan gak selesai-selesai”, “kapan saya istirahatnya”, bla bla bla.

Jika penyakit mental seperti ini sudah terjangkiti, pada akhirnya akan mempengaruhi semangat dalam bekerja. Jika semangat sudah menurun seperti itu, lalu bagaimana mereka akan berperan apik dalam pengembangan bisnis kamu? Oleh karena itu, kamu sebagai atasan wajib memastikan bahwa karyawan kamu memiliki waktu istirahat yang cukup. Bagaimana caranya? Simak ulasan di bawah ini untuk mengetahuinya:

Jeda Istirahat yang Cukup di Hari Kerja
Di perusahaan swasta di indonesia, jam kerja normal dalam satu hari adalah 9 jam, dimulai dari jam 8 hingga jam 5 sore dengan waktu istirahat normalnya selama 2 jam. Nah, waktu istirahat dua jam ini, menurut saya pribadi sudah sangat ideal, jadi jam kerja efektifnya dalam satu hari hanya 6 jam. Waktu dua jam ini bisa kamu bagi menjadi dua sesi, sesi pertama jelas ketika istirahat siang, idealnya mulai jam 11.30 hingga 13.00, kemudian istirahat kedua dimulai jam 15.00 sampai 15.30.

Pada dasarnya, waktu istirahat ini jamnya bisa kamu flexsibelkan, yang penting cukup saja, jika tidak bisa memberi waktu istirahat dua jam, minimal ya 1,5 jam. Yang jelas, hindari memberikan waktu istirahat yang kurang spesifik, contohnya adalah memberikan jam istirahat ketika adzan dhuhur tiba, lhah adzan ini waktunya tidak menentu, yang pada akhirnya akan mengurangi jam istirahat efekti.
Advertisement

Jatah Cuti yang Adil dan Wajar
Sewajar-wajarnya jatah cuti adalah sebanyak 12 kali dalam satu tahun, menurut saya ini sudah paling minimal yang harus diberikan kepada para bawahan, termasuk kamu juga yang perlu istirahat cuti. Memang sih jika menurut penelitian, capek di hari ini tidak bisa diobati dengan istirahat di hari berikutnya. Tapi dengan adanya cuti yang cukup ini dapat merefresh kembali pikiran serta mental karyawan.

Tapi dengan syarat, jatah cuti harus kalian atur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu banyak karyawan yang mengambil cuti di waktu berbarengan yang malah akan mengganggu kinerja perusahaan. Buatlah jatah cuti dengan membagi waktu dalam satu tahun menjadi dua semester, semester pertama mulai januari sampai juni dengan jatah cuti sebanyak 6 kali, dan semester dua adalah sisanya.

Buatlah peraturan bahwa cuti harus diambil dalam semester berkaitan, dan tidak bisa diganti di semester selanjutnya, serta dalam satu bulan maksimal cuti selama 2 kali. Dengan begitu, karyawan akan secara konsisten mengambil cuti dengan rentan waktu yang pas yang bisa merefresh pikiran dan mental mereka dengan efektif. Ini hanya saran saja, bisa kalian kondisikan sesuai kebutuhan dari perusahaan kamu.

Jangan Lupa Diberi Libur Mingguan
Selain cuti tersebut, jangan lupa untuk memberi jatah libur minimal 1 kali dalam satu minggu, jangan sampai ada yang belum libur dalam 1 minggu hari kerja, kenapa? Percayalah bahwa memaksakan tenaga untuk bekerja itu tidak baik. Jika pun harus ada yang tidak mendapat jatah libur dalam satu minggu, berilah kebijakan untuk mengganti liburnya di minggu berikutnya, setidaknya pikiran dan mental tidak terlalu terbebani oleh tekanan kerja.

Beri Waktu Libur di Hari-hari Khusus
Pernah melihat orang yang masih bekerja ketika hari raya idul fitri? Pasti sudah pernah dong, biasanya terjadi di supermarket ataupun di industri kuliner. Apa yang kalian rasakan ketika melihat mereka bekerja? Kalau saya agak kasian juga, seolah-olah mereka tidak memiliki keluarga saja untuk bersama-sama merasakan hari kemenangan mereka. Tapi, apa boleh buat jika itu memang tuntutan dari sebuah profesi, tanpa adanya mereka yang bekerja di hari khusus seperti itu, mungkin kita juga yang akan merasakan dampaknya.

Nah, jika seandainya kamu memiliki bisnis dimana harus membuka dan memperkerjakan karyawan di hari spesial seperti itu, hendaklah bijak dalam memilih siapa yang harus bekerja dan siapa yang bisa libur. Perhatikan beberapa faktor seperti: usia, kepentingan mereka jika memang sudah berkeluarga, masa mengabdi, dan lain-lain.

Jika saya, maka saya pasti akan memilih karyawan dengan pertimbangan 1) yang baru bergabung di perusahaan karena belum pernah merasakan kerja di hari libur spesial, 2) Ibu rumahtangga atau bukan, 3) sudah menikah atau belum, dll. Cobalah untuk mengusahakan kepentingan keluarga mereka terlebih dahulu ketimbang mementingkan ego kita untuk memperoleh laba, jika memang tidak ada yang bisa masuk kerja, ada baiknya jangan dipaksakan, biarlah mereka bercengkrama dengan keluarga mereka masing-masing.

Selanjutnya: Cara mempertahankan karyawan yang berbakat.
-----
Oke ya, itulah beberapa pembahasan dari saya terkait pentingnya memberi waktu istirahat yang cukup untuk karyawan kalian semuanya. Semoga pembahasan di atas bermanfaat dan memberikan wawasan baru. Jangan lupa untuk share artikel ini juga ya, thanks dan salam sukses.